Detail Berita

Cara Mencegah Stunting pada Anak sejak Masa Kehamilan

Stunting merupakan salah satu gangguan tumbuh kembang yang dapat terjadi pada anak. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki perawakan pendek. Kabar baiknya, stunting bisa dicegah sejak dini, bahkan sejak masa kehamilan.

Stunting dapat disebabkan oleh faktor genetik, sanitasi yang kurang baik, serta kurangnya asupan nutrisi selama kehamilan.  Memenuhi kebutuhan nutrisi sejak hamil hingga anak berusia dua tahun (periode 1000 hari pertama kehidupan) merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting, tentunya sambil terus memantau pertumbuhannya.

Mengenali Kondisi Stunting pada Anak

Gangguan pertumbuhan stunting atau anak berperawakan pendek dapat dipantau melalui perkembangan tinggi anak. Orang tua dapat memantau pertumbuhan anak dengan membawanya ke dokter anak atau posyandu secara berkala. Periksa pertumbuhan anak setiap bulan jika usianya masih di bawah 1 tahun, dan setiap 3 bulan jika usianya sudah 1-3 tahun.

Pertumbuhan anak akan dipantau menggunakan kurva pertumbuhan sesuai standar World Health Organization (WHO). Seorang anak bisa dikatakan stunting, jika tinggi badannya berada di bawah standar pertumbuhan anak tersebut.

Tidak hanya tampak pendek, stunting juga berisiko mengganggu  pekembangan postif dan kemampuan belajar anak. Selain itu, stunting juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami berbagai penyakit kronis ketika dewasa, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.

Cara Mencegah Stunting

Stunting pada anak dapat dicegah sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, atau disebut juga sebagai periode 1000 hari pertama kehidupan. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko anak mengalami stunting:

Cukupi kebutuhan zat besi, yodium, dan asam folat

Zat besi, asam folat, dan yodium merupakan nutrisi penting yang wajib dipenuhi ibu hamil untuk mencegah stunting. Kekurangan zat besi dan asam folat dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil. Anak yang lahir dari ibu hamil dengan anemia lebih berisiko mengalami stunting.

Ibu hamil bisa mendapatkan ketiga nutrisi ini dengan mengonsumsi telur, kentang, brokoli, makanan laut, pepaya, dan alpukat. Selain itu, ibu hamil juga bisa mengonsumsi vitamin prenatal sesuai anjuran dokter.

Hindari paparan asap rokok

Agar janin yang dikandung dapat tumbuh dengan sehat, ibu hamil harus berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok. Paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau memiliki berat badan kurang.

Jika ada anggota keluarga yang merokok di rumah, sebaiknya ibu hamil memintanya untuk tidak merokok di dalam rumah. Namun, jika ibu hamil sedang berada di luar rumah, paparan asap rokok dapat dicegah dengan mengenakan masker .

Rutin melakukan pemeriksaan kandungan

Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting dalam mencegah stunting. Pemeriksaan rutin selama hamil bermanfaat untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup dan mendeteksi jika ada komplikasi pada kehamilan. Semakin cepat diketahui, komplikasi kehamilan dapat semakin cepat diatasi.

Kemudian setelah bayi lahir, lanjutkan upaya pencegahan stunting dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya. Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi dapat diberikan tambahan nutrisi berupa makanan pendamping ASI (MPASI).

Beragam faktor lingkungan seperti kebersihan lingkungan, pola pemberian makan, dan angka kejadian infeksi pada anak juga berperan terhadap risiko anak terkena stunting. Untuk itu, pastikan makanan yang diberikan pada Si Kecil telah dipersiapkan dengan baik, sehingga terjamin kebersihannya.

Jangan lupa berikan anak imunisasi sebagai upaya perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi, terutama imunisasi dasar sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Jika orang tua melihat Si Kecil memiliki perawakan yang lebih pendek dibanding anak sebayanya, sebaiknya bawa ia ke dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang terbaik.

Berita Lain